Total Pageviews

Monday, November 28, 2011

MENCATAT SEJARAH MELALUI GENDING BANYUWANGI

Sosok BS Noerdian, sudah tidak asing lagi bagi penggemar Lagu-Lagu Daerah Banyuwangi. Selain karyanya cukup banyak, juga kiprahnya terhadap kesenian Daerah Banyuwangi dimulai sejak masih sekolah menengah pertama. Dari sejumlah lagu daerah Banyuwangi yang populer, banyak juga diantaranya karya BS Noerdian.

BS Noerdian lahir tanggal 5 Januari 1934 di Banyuwangi, dengan nama Basyir anak dari Mohammad Noer Sadan. Bakat keseniannya diakui berasal dari kakeknya (orang tua dari Ibu) yang bernama Mad Dardji almarhum. Sang Kakek yang orang Kelembon, Kota Banyuwangi, dikenal sebagai pendiri Kesenian Damarulan atau Janger (Drama Tradisional Banyuwangi). Saat usia memasuki SMP, Basyir kecil sudah akrab dengan kesenian tradisional. Bahkan aktivitas kakeknya dimulai sejak tahun 1920-an, setelah itu juga muncul kesenian Angklung atau Balin-Balian (Tabuhan Bali).


Latar belakang pendidikan formal BS Noerdian, SD Islam "Al Khairiyah", SMP dan SMEA, semua ditempuhd di Kota Kelahirannya Banyuwangi. Bacaan yang digemari adalah Roman Sejarah, sedangkan tokoh-tokoh yang dikagumi adalah Bung Karno (Presiden Pertama RI), Mozart, Jingis Khan, Kadhafi, Saddam Husein dan Darwin.

Hasil karya BS Noerdian pertama dimuat dalam media massa lagu "Senja di Pantai", yaitu di Majalah Taruna No. 2 Tanggal 25 Januari 1961 terbitan Balai Pustaka, Jakarta. Basyir menguasai alat musik dengan mahir, mulai dari Biola dan Angklung, hingga alat musik perkusi lainnya. Oleh karena itu, dalam setiap menciptakan lagu BS Noerdian selalu berpedoman pada musik Keroncong dan Angklung. Hasil karya berupa Syair dan Lagu sekalgus hingga saat ini tertatat hingga 100 buah lebih, sedang Syair orang lain yang lagunya diciptakan BS Noerdian mencapai 300-an lebih. Dalam menciptakan lagu milik syair orang lain, BS Noerdian memilihnya secata obyektif, tanpa memandang siapa nama pengarang syair itu. Sering juga diadakan kompromi dengan pengarang syair, bila ada kosa kata dalam syair itu yang dianggap kurang pas. Kalau sudah ada kesepakatan dengan pencipta syair, baru dimulai proses pembuatan melodi.

Proses kreatif BS Noerdian bertumpu pada akar budaya daerah Banyuwangi, sebagai tanah kelahiran dan yang membesarkan dia melalui seni budaya yang adiluhung. Tema-tema yang diangkat dalam syair dan lagunya, banyak berbicara masalah kehidupan sehari-hari yang kelihatan sepele dan tidak ada artinya. Namun bagi Basir, kejadian itu bila tidak didokumentasikan melalui syair dan lagu bisa akan musnah dengan sendirinya. Namun Basir paling tersentuh bila ada cerita yang disampaikan orang lain, baik mengenai kepahlawnan dan masalah sosial yang dialami. Contohnya adalah Syair dan Lagu "Kembang Kirim", temanya menceritakan Kepahlawanan Angkatan Laut pasukan 0032 (dulu ALRI) yang gigih mempertahankan Pantai Banyuwangi. Bahkan sang Komanda bernama Soelaiman, saat sudah ditangkap belanda yang berani mengajukan protes dan syarat sebelum dihabisi. Pertama minta dijadikan tawanan perang, sesuai hukum internasional yang berlaku. Kedua minta diberikan kesempatan, untuk mengibarkan Bendera Merah Putih dan Ketiag minta diberi kesempatan untuk memekikan kata MERDEKA. Cerita tentang peristiwa itu, ternyata diperoleh BS Noerdian dari adiknya yang juga menjadi Anggota Pasukan 0032 ALRI saat itu. Adik kandung Basyir ini selamat, sehingga bisa bercerita secara detail dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal 21 Juni 1947.

Selain lagu "Kembang Kirim", masih banyak karya-karya BS Noerdian yang berlatar belakang sejarah. Namun bukan sejarah kepahlawanan seperti yang tertera dalam buku pelajaran sekolah, tetapi sejarah yang belum masuk atau tidak dimasukan. Seperti lagu Nunggang Sepeur, BS Nurdian bercerita tentang situasi Banyuwangi dari atas kereta api mulai stasiun Kalibaru hingga Banyuwangi. Namun BS Noerdian ingin mencitakan kondisi sosial saat itu. warga Banyuwangi yang kesulitan makan atau membeli beras. Padahal kawasan Banyuwangi dikenal sebagai Lumbung Padi Nasional. Pada tahun 1940-an, Presiden Soekarno pernah mengirim beras ke India dari Banyuwangi.

Namun tidak sedikit, syair dan lagu karya BS Noerdian itu merupakan pengalaman batinya.  Seperti lagu Dalu-Dalu. Pada saat itu, sekitar tahun 1965, anak Basir yang masih kecil terjaga dari tidurnya di tengah malam. Anak kecil itu rewel dan terus menangis, maka saat itulah Basir mencoba menenangkan anaknya dengan "rengeng-rengen" tanpa syair. Situasi pada saat itu 30 September 1965 sangat gawat, sekitar pukul 24.00 WIB, anak yang menangis itu tertidus pulas setelah Bapaknya menggemakan lagu tanpa syair. Kemudian esok baru mengisi lagu yang diciptakan di tengah malam itu, dengan syair yang menceritakan kondisi batinnya. Begitulah proses kreatif BS Noerdian, selalu menciptakan lagu dulu baru mengisi syairnya. Setiap lagu minimal memerlukan waktu hampir satu minggu, sebelum akhirnya bisa dirilis. Namun BS Noerdian mengaku yang sangat terkesan saat menciptakan Lagu "Umbul-Umbul Blambangan, karena menyinta waktu hampir dua bulan nonstop. Lagu yang menjadi maskot atau Mars "Wajib" bagi orang Banyuwangi itu, syairnya diciptakan oleh Andang Chatif Yusuf sahabat karibnya.

BS Noerdian merupakan sosok seniman ulet, karena seluruh waktunya hampir tersita untuk kegiatan kesenian. Bukti lain keuletannya dalam berkesenian adalah, pengalamannya bergabung dengan berbagai kelompok kesenian, baik kesenian tradisional maupun kesenian modern. Keterlibatannya dalam kelompok kesenian, selain sebagai pemain alat musik, juga sebagai official (pemandu).

Kelompok Kesenian yang pernah diikuti BS Noerdian:
- Keroncong Irama Gaya Masa, Banyuwangi.
- Keroncong Mawar Merah, Banyuwangi.
- Keroncong Bhirawa Anoraga, Bataliyon 510 Banyuwangi.
- Keroncong Basuki Rahmat, Banyuwangi.
- Orkes Melayu Al Munier, Banyuwangi.
- Orkes Melayu Al Wardah, Banyuwangi.
- Band Gavillas, Kalibaru, Banyuwangi.
- Unit Kesenian Pemkab Banyuwangi.
- Keroncong Cinde Wangi, Banyuwangi.
- Kesenian Angklung Lare Using, Banyuwangi.
- Angklung Paglak Sekar Dalu, Banyuwangi.

2 comments:

  1. Terimakasih sudah memuat kisah tentang mbah Basir (mbah puh).
    Tidak sengaja menemukan blog yg memuat tentang Ragam Osing dan baru sempat membacanya.

    ReplyDelete