Gapura Kejut saat memasuki kawasan Watododol Banyuwangi, salah satune ide dari Bupati Banyuwangi kala itu, Samsul Hadi. Bahkan Samsul yang aseli kelahiran Banyuwangi dan kebetulan dari etnis Using, ingin melengkapi kawasan Watudodol saat itu, dengan membangun Kampung Seniman (Antogan Seni) di Bukit seberang Pantai Watudodol. Sejumlah prasarana sudah disiapkan saat itu, namun sebelum gagasan itu dilaksanakan, Samsul keburu habis masa jabatan, serta masuk bui karena terlibat kasus korupsi.
Terlepas dari legalitas perijinan, gagasan membuat kampung seni di Banyuwangi cukup strategis. Mengingat potensi Banyuwangi di bidang Seni Lukis juga tidak ada yang meragukan, karena banyaknya pelukis Nasional yang asal dan sebagian masih tinggal di Banyuwangi. Belum lagi aneka kerajinan seni lainya, mulai dari anyaman Bambu Gintangan, Rogojampi, kerajinan Batok Kelapa di Songgo, serta pernak-pernik seni lainnya yang selama ini dipasok di sejumlah art shop di Bali,
Namun gagasan besar itu bak tenggelam ditelan bumi, bersama habisnya masa jabatan sang Bupati. Sementara pernggantinya, Ratna Ani Lestari, sama sekali tidak punya wawasan tentang kesenian dan kebudayaan khas Banyuwangi. Sekarang kita masih berharap dengan Bupati yang muda belia, Abdullah Azwar Anas, mantan ketua IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), Politisi PKB yang diusung PDI Perjuangan ini, tentu punya pengalaman banyak sebagai mantan anggota DPR RI dua pereode.
Apabila Bupati Anas mau mengurus, serta melakukan lobby di Jakarta, itu bukan pekerjaan sulit. Sayang hingga kini, kita masih belum tahu tingkat kepedulian Anas terhadap masalah kesenian yang juga akan mendukung Pariwisata Banyuwangi. Selama ini, Anas sudah bangga terhadap Lapter Blimbingsari yang dirintisnya sejak masih menjabat Anggota DPR RI bidang perhubungan. Dalam setiap kesempatan, Anas juga bangga dan yakin Lapter Blimbingsari akan mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Bumi Blambangan.
Namun ironis, saat teman Wartawan Banyuwangi yang usai mengunjungi kawasan Wisata Pelengngkung, justru mendapati prasaran yang buruk menuju kawasan itu. Dalam keseimpulannya, teman ini melihat masih belum siapnya Pemkab Banyuwangi mendapat kunjungan besar dari wisatawan, baik dimistik, apalagi mancanegara. Makanya, pembangunan pisik tidak bisa dilakukan secara sporadis, ta\etapi harus dilakukan simultan. Sehingga apabila ada salah satunya yang sudah beroperasi, maka pengoptimalan yang lain bisa berjalan efektif.
Kembali ke masalah Kampung Seni Watudodol, banyak para seniman yang menaruh harapan agar segera diwujudkan. Mereka yang selama ini keliling di luar Banyuwangi, atau sengaja tinggal di luar Banyuwangi, bisa menjadikan kampung halamannya tempat berkarya dan berekspresi. Mozes Misdy, S. Yadi K, Huang Fong, Awiki, adalah nama-nama pelukis yang sudah tidak diragukan lagi kapasitasnya. Mereka bisa menjadi magnit seniman lainnya, untuk tinggal dan berkarya di Kampung Seni Watudodol kelak. Bahkan senima-seniman gaek lainnya, bisa melakukan aktivitas di kawasan ini.
Semoga mimpi para Seniman Banyuwangi, bisa segera terwujud tidak lama lagi. Semoga Bupati Abdullah Azwar Anas, mau mengerti keinginan para seniman yang ingin memajukan daerahnya, dengan penyampingkan kepetingan politik atau sejaraha dari yang punya gagasan. Jika gagasan itu baik untuk rakyatnya, kenapa masih dicari-cari siapa yang punya gagasan. Tentu semua itu, prosedur yang berlaku tetap harus diikuti…
No comments:
Post a Comment